PAKKAT NAULI

Selasa, 06 November 2007

LEBARAN, KETUPAT DAN OPOR AYAM

Seminggu menjelang Lebaran kesibukan sangat terasa di rumah saya, Istri begitu sibuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk mudik Lebaran ke kampung mertua. Si kecil Callista yang masih berumur 11 bulan akan menjenguk rumah Mbahnya di Jawa untuk pertama kalinya. Tentu saja banyak hal yang mesti disiapkan terutama bagian perlengkapan si Kecil, karena rencana akan 1 minggu di rumah yang masih asing baginya. Saya juga setuju saja, walaupun harus mengeluarkan banyak uang dan tidak berani mengambil resiko kejadian-kejadian yang tidak diinginkan bisa terjadi waktu liburan.

Tanggal 11 Oktober, dipagi hari kami bertiga pun berangkat menuju bandara Soekarno Hatta dan pukul 8 pesawat berangkat menuju Solo. Tepat jam 9, pesawat mendarat di Solo dan kemudian dengan Taksi menuju Sragen (Gondang). Di Gondang kami pun harus belanja lagi karena beberapa perlengkapan harus dibeli . Kemudian dari Gondang menuju rumah harus sewa mobil walaupun tidak begitu mahal mengingat barang-barang yang kami bawa cukup banyak.

Sampai di rumah mertua, suasana sejuk mulai terasa. Kepenatan di Jakarta yang serba macet dan sibuk tidak terasa disini. Di kampung ini orang-orang kelihatan santai walaupun terasa sedikit sibuk karena mempersiapkan masakan-masakan menjelang Hari Raya Idul Fitri. Keluarga Istri saya adalah Muslim tetapi Muslim Jawa yang seperti pada umumnya tidak terlalu fanatik, bahkan cenderung tidak paham dengan Islam (jadi ingat acara Tukul ketika di tanya bisa sholat apa ga? jawabannya Tukul adalah kalau anaka-anaknya semuanya adalah Muslin sejati). Mertua saya sendiri tidak pernah dan tidak mengerti sholat. Tetapi yang aneh, setiap lebaran mertua saya selalu sibuk menyiapkan banyak makanan dari berbagai jenis terutama ketupat dan opor ayam. Dalam hati saya, saya bertanya-tanya ada apa gerangan?

Pada keesokan harinya di malam hari, saya dan istri sedang ke dapur untuk mengambil air minum. Si kecil Callista sudah terlelap tidur dengan segala mimpinya yang sering membuat dia tersenyum sendiri. Kadang saya bertanya-tanya, si Kecil kira-kira sedang mimpi apa ya?
Ketika hendak kembali dari dapur, saya melihat 2 gelas kopi yang masih penuh ada di meja. Kemudian saya bertanya ke sang Istri, ini kopi siapa ya? sayang sekali tidak diminum? Dalam hati terbersit niat sedikit untuk mau minum karena kopi tersebut masih penuh. Istri menjawab dengan sedikit tersenyum, bahwa kopi dan makanan yang banyak beragam itu (saya tadinya tidak melihat makanan banyak karena ditutupi dengan keranjang penutup makanan) merupakan sesajen untuk para leluhur dan keluarga yang telah meninggal mendahului kita. Wah ..... mendengar penjelasan Istri agak berdiri bulu kudukku karena sama sekali tidak membayangkan sebelumnya. Cepat-cepat saya keluar dari dapur menuju kamar tidur. Dalam hati saya berpikir, mereka ini Islam atau Penganut Kepercayaan ya?

Selama seminggu di kampung mertua terasa pikiran agak tenang, tidak diganggu oleh pekerjaan-pekerjaan kantor dan kesibukan-kesibukan yang lain. Hanya sesekali melihat email di HP apakah ada berita-berita penting atau apakah ada email yang masuk ke milis Pakkat? ( Oh ya selama liburan tersebut tak satu pun email yang masuk ke milis pakkat, he he he mungkin semua masih pada asyik liburan).

Dulu sebelum menikah, ada hobi saya satu hal yang menarik apabila pulang kampung ke rumah mertua ini. Tentu saja sewaktu sebelum menikah, yakni pergi mandi ke kali (ada sungai kecil). Kampung yang masih asri ini ternyata memiliki kebiasaan unik, yakni mandi di kali. Saya juga tentu saja mengikuti kebiasaan yang hampir dilakukan semua penduduk disana. Mereka lebih senang mandi dan nyuci di kali daripada mengerjakan itu di rumah, padahal hampir semua rumah memiliki sumur air karena memang air tidak begitu sulit. Mandi di kali untuk pertama kalinya di kampung mertua membuat saya kaget, kenapa tidak ternyata orang-orang mandi bersama-sama dengan apa adanya. Bahkan sangat terkesan tidak berkehendak menutupi bagian-bagian tubuhnya walaupun dengan alam yang begitu terbuka. Ketika istri saya mau mandi saya langsung wanti-wanti supaya tidak mengikuti mandi seperti itu. Untung sang istri nurut dan mandi dengan berpakaian. Pada waktu itu saya juga jadinya sangat sering mandi di kali.......

Pada liburan kali ini karena ada si kecil, kami semuanya beraktivitas di rumah. Mandi, nyuci semuanya dilakukan di rumah. Si kecil juga sangat senang melihat kambing dan ayam peliharaan Mbahnya. Si Kecil sudah tahu mana kambing mana ayam dan satu lagi teman mainnya yakni Sunti, kucing kecil peliharaan si Mbahnya. Tetapi ketika kakak-kakak dari istri datang dan menginap juga disitu, akhirnya ramai-ramai juga pergi ke kali dan mandi di kali, wah ternyata kebiasaan yang dulu yang pernah aku lihat masih sama sampai sekarang, orang-orang pada mandi dan bercengkerama di kali ......

Selama 6 hari di kampung mertua akhirnya kami pun pulang ke Jakarta dengan tidak lupa saling bermaaf-maafan dengan orang tua maupun tetangga-tetangga di sekitar. Mereka mengerti kalau saya berbeda agama dengan mereka tetapi saya disambut baik dan diperlakukan dengan baik sebagaimana juga orang-orang lain.

Sesampai di jakarta masih ada libur 6 hari lagi dan hari kerja masih lama.............


Swandy Sihotang

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda